Sabtu, 27 April 2013

Semoga Bermanfaat


Sekarang Pun Kita Menuju Ke sana


Sungguh merugilah oranng-orang
Yang tidak dapat mengambil hikmah
Pada setiap apa yang ia dengar, lihat
dan rasakan .....................
Yakinlah bahwa ada banyak hikmah
di setiap peristiwa, sesederhana atau
 bahkan sekecil apapun itu.

Sebuah peristiwa yang begitu mengetuk pintu hati umat muslim di tanah air, peristiwa yang mungkin tak terlintas di benak bahwa ini akan terjadi secepat itu. Dalam usia yang terbilang masih muda, yaitu 40 tahun beliau dengan diringi air mata pergi meninggalkan keluarga, kerabat, sahabat dan umat muslim selama-lamanya. Yah, peristiwa apa dan siapa lagi kalau bukan Meninggalnya Ustadz Jeffry Al Buchori. Beliau menoreh banyak kebaikan sehingga umat muslim yang ditinggalkannya tak kuasa membendung air mata melepas kepergiannya. Tentunya, itu semua tidak lain adalah tanda cinta terhadap beliau yang terus berkarya dan berjuang untuk Islam. Istilah “Lautan Manusia” terlihat jelas di layar kaca, namun kita sadar bahwa mungkin bukan hanya sekedar apa yang nampak di layar kaca saja , akan tetapi masih banyak lagi di belakang layar yang sedih menerima kenyataan di hari Jum’at 26 April 2013 itu. Hmm,,, memang sedih tapi di sisi lain kita bahagia dengan melihat banyaknya orang yang mendo’akan, menyalatkan dan mengantarkannya ke pemakaman. Bagi seorang muslim, itu adalah salah satu hadiah yang sangat besar bagi kehidupan. Beliau terkenal baik, ramah, rendah hati dan dekat dengan masyarakat-masyarakat bawah. Itulah Ustadz Jeffry Al Buchori.  Di balik kebesaran dan kepopuleran namanya melekat kerendahan hati yang begitu kuat pada dirinya. Beliau pernah berucap bahwa ustadz itu belum tentu selamat, yang sudah tentu selamat selamat itu hanya Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam. Sebuah ungkapan yang menggambarkan kerendahan hati beliau. Menyiratkan makna mendalam bahwa beliau, sekalipun memiliki banyak ilmu, disanjung banyak orang dan terkenal dengan gelar ustadz, beliau tetap tidak mengklaim bahwa dirinya akan selamat di akhirat kelak. Luar Biasa. Lalu, hikmah apa yang dapat kita ambil dari kematiannya?
1.      Pernahkah kita menyadari bahwa kematian itu selalu mengintai dan tidak tau kapan tibanya?
2.      Sudah siapkah kita menghadapi kematian?
3.      Ketika kita meninggal nanti, akankah banyak orang yang menyalatkan dan mendo’akan yang baik-baik buat kita?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang muncul di benak sebagai bentuk hikmah yang bermuara pada kesadaran diri. Kesadaran akan memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang masih sering kita perbuat, memperbanyak amal ibadah semuanya hanya semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Kematian itu tidak menunggu hari tua. Ia datang menemui siapa saja tanpa pandang usia. Bayi, anak-anak, remaja, dan orang dewasa semuanya akan dijemput sesuai dengan jatah hidup masing-masing dan sekarang kita berjalan menuju ke sana. Tidak ada pilihan kecuali mempersiapkan diri mulai dari sekarang sebagai bekal yang akan kita tuai di sana. “Sekejam-kejamnya dunia, lebih kejam lagi neraka dan seindah-indahnya dunia lebih indah lagi surga”. ‘Tidak ada yang menemani kecuali amal” kata Opick.
Hidup itu indah apabila dibarengi dengan ketatan kepada-Nya dan kebaikan antar sesama. Tidak ada kehidupan yang lebih tenteram kecuali dengan melakukan kedua hal tersebut. Tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta’aala  menciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah kepada-Nya (QS.Adz-Zariat: ). Selain itu, manusia juga diperintahkan untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan mencegah yang munkar. Jadi, sudah sepantasnyalah kita harus menyadari apa yang harus kita lakukan dalam menjalani kehidupan ini yang hanya sementara. Jangan tertipu dengan keindahan dunia yang fana sehingga lupa akan adanya lehidupan yang abadi menanti di alam sana. Sejatinya kehidupan setelah kematianlah yang sebenar-benarnya kehidupan. Ibaratnya di dunia ini kita sedang tidur dan bermimpi, lalu di Akhirat kita terbangun dari mimpi itu kemudian melihat kenyataan hidup yang sesungguhnya (sebuah ilustrasi dari seorang teman sekaligus seorang kakak).
Coba tanyakan kepada diri kita, sudah berapa tahun umur kita sekarang? lalu dalam usia yang sekian, karya apa yang sudah kita perbuat untuk Allah Subhanahu Wa Ta’aala , Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam, orang tua, kerabat dan sahabat? Apakah kita sudah mempersembahkan yang terbaik? Mungkin kita bingung mau jawab apa atau sedang meraba-raba kira apa ya, yang telah kita perbuat? Iya kan. Mungkin juga kita mengingat “oh, waktu itu saya melakukan amalan yang baik seperti ini dan itu, di lain waktu saya mendapat penghargaan ini dan itu serta seterusnya. OK-lah kita telah mendapat banyak penghargaan dari usaha-usaha kita selama ini, namun apakah itu sesuai dengan syari’at-Nya? Wallaahu A’lam Bishshawab.
Intinya adalah, mulai dari sekarang sebaiknya lebih memperbaiki diri dan terus berusaha memperbanyak amalan-amalan kebaikan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’aala berikut sayfa’at dari Nabiullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Wallaahu A’lam Bishshawab
Mohon ma’af atas kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam tulisan ini. Semoga ada hikmah yang dapat para pembaca ambil dan saya ucapkan terima kasih sudah menyempatkan diri membacanya JJJJJ

0 komentar:

Posting Komentar