Kamis, 16 Mei 2013

Memintal Kain Kafan............


Memintal Kain Kafan
Diambil dari:
(Majalah Ar-Risalah. No. 108/vol.IX/12Jumadal Ukhra-Rajab 1431 H/Juni 2010: Hal. 45-46)



Temans, mari kita baca dan simak baik-baik.

Dalam majalah ini diceritakan bahwa kain kafa n itu terdiri dari dua jenis, yaitu kain kafan yang halus (terbuat dari sutera) dan kain kafan yang kasar. Kain kafan yang halus ini baunya harum semerbak dan yang satunya busuk menyengat hingga tak sanggup menciumnya bahkan menyebabkan kita pingsan (coba bayangkan saking busuknya).

Kafan yang harum ini dibawa oleh malaikat yang berwajah bersih, bersahabat dan lembut dalam memperlakukan ruh yang dibungkusnya. Sedangkan kain kafan yang kedua dibawa oleh malaikat yang hitam rupanya, keras, bengis, kasar tutur katanya dan memperlakukan ruh dengan kasar tatkala ia membungkusnya.

Tahukah temans, kain kafan apa yang dimaksud? Kain kafan yang dimaksud adalah kain kafan ma’nawy, yaitu bukan kain kafan yang disiapkan oleh keluarga ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal atau bahkan sebelumnya.

Terkadang, kain kafan yang dipakaikan oleh sanak keluarga kepada mayat/mayit itu nampak halus, indah berharga dan berlapis-lapis namun kain kafan yang dibawa oleh malaikat untuknya kasar dan berbau busuk.  sebaliknya, mungkin kita sering atau paling tidak kita pernah melihat ada jenazah yang kain kafannya tidak mampu menutupi seluruh tubuh si mayat/mayit. Apabila kakinya ditutupi maka kelihatanlah kepalanya dan apabila ditarik untuk menutupi kepalanya maka mucullah kakinya, namun kafan ma’nawy pembunngkus ruh-nya sangat halus melebihi sutera, baunya sangat harum memenuhi ruangan langit dan bumi jika seandainya Allah Subhanahu Wa Ta’aala tidak mengahalngi manusia untuk mencium baunya.

Ada dua buah kisah yang menggambarkan tentang kedua jenis kain kafan ini. Kisah pertama datang dari Mush’ab bin Umair. Mush’ab bin Umair merupakan salah seorang sahabat yang merasakan manisnya hidayah itu ketika gugur di medan Uhud begitu keadaannya. Beliau adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya raya Makkah. Beliau juga merupakan da’i Rasulullah Shallaahu ‘Alaihi Wa Sallam yang diutus utnuk menyebarkan Islam setelah peristiwa bai’at Aqabah pertama. Saat menyaksikan hal tersebut, berlinanglah air mata Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Kisah kedua datang dari Abdullah bin Ubay bin Salul. Seorang pemimpin kaum munafiq yang pada menjelang kematiannya berpesan bahwa ia ingin dibungkus dengan jubah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam. Dan pada saat pesan itu disampaikan kepada beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam, maka beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam meluluskannya. Namun apalah artinya juba Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam yang dijadikan sebagai pembungkus jasad sementara kain kafan ma’nawy-nya sangat buruk, kasar dan busuk menyengat (Na’udzubillaahi Mindzalik).
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mulia mengingatkan ummatnya untuk tidak berlebih-lebihan dalam menggubnakan kain kafan pembungkus jenazah, karena ia akan hancur dimakan tanah.

Ibnu Qayyim Rahimahullaah dala ruh ini"m Jawab al-Kaafi menukil dari kitab Al-Musnad, sahabat Barra’ bin ‘Azib menjelaskan, setelah itu ruh yang tadi akan dibawa naik ke langit. Setiap kali melewati malaikat, mereka berkomentar “betapa harumnya ruh ini!” Malaikat pembawa ruh lalu berkata”ya! Ini ruh fulan bin fulan” dengan menyebutkan sebaik-baik namanya ketika di dunia. Malaikat pembawa ruh ini meminta agar dibukakan pintu langit, amak dibukakanlah ia. Para malaikat penghuni langit pun turut mengantarkan ruh tersebut hingga ke langit berikutnya hingga sampai ke langit ketujuh. Kemudian Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman, “Simpanlah kitab (catatan ‘amal) hamba-Ku ini di ‘Illiyyin, dan kembalikanlh dia ke tanah, karena sesungguhnya Aku ciptakan dia dari tanah dan sekali lagi akan dibangkitakan dia pada kali yang kedua”.

Adapaun apabila dia orang kafir atau orang zhalim, maka malaikat datang kepadanya dengan wajah hitam, membawa kain kasar, duduk di suatu tmpat yang tampak sejauh mata memandang. Kemudian, malaikat maut datang, duduk di dekatnya membentangkan kedua tangannya sambil menghardik “wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kemurkaan Allah!” Kepada sebagian orang kafir malaikat maut lebih garang lagi, punggung dan wajah orang kafir itu dipukulinya seraya mengatakan, “ Hari ini adzab kehinaan akan ditimpakan kepadamu karena mengatakan atas nama Allah sesuatu yang tidak benar dan kamu menyombongkan diri kepada ayat-ayat-Nya”(QS. Al-An’am: 93).

Malaikat maut mencabut nyawanya dengan kasar dan tidak membiarkannya berlama-lama, dalam sekejap mata telah diambil alih oleh malaikat pembawa ruh yang telah menyiapkan kain kasar sebelumnya. Bau busuk melebihi bau bangkai menyeruak dari ruh yang dibungkus kain kasar itu memenuhi ruangan antara langit dan bumi jika seandainya Allah Subahanhu Wa Ta’aala tidak menghalangi manusia untuk menciumnya nisc meyambuat mereka pingsan. Malaikat pembawa ruh membawanya naik, setiap kali melewati malaikat, mereka bertanya, “Betapa busuknya ruh ini!” Dan malaikat pembawa ruh berkata, “Ini ruh fulan bin fulan!” dengan menyebut seburuk-buruk panggilan yang mereka memanggilnya di dunia. Kemudian malaikat meminta dibukakan pintu langit, tetapi tidak dibukakan, sebagaimana firman-Nya yang berarti “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombnongkan diri terhadapnya sekali-kali tidak akan dibukakan pintu langit bgainya dan tidak akan memasuki surga sampai seekor unta dapat memasuki lubang jarum,.....”(QS. Al-A’raaf:40). Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’aala berfirman “Letakkanllah bulu catatan amalannya di sijjin di lapisan bumi yang paling bawah!”. Maka ruh hamba yang kafir itu dilemparkan begitu saja, seperti firman-Nya, “Barang siapa mempersekutukan Allah Subhanahu Wa Ta’aala, maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oelh burung atau detrbangkan oleh angin ke tempat yang jauh” (QS. Al-Hajj:31).

Duhai kita semau calon-calon mayat/mayit, janganlah perlakuan manusia yang hidup kepada jenazah menyilaukan dan menipu kita dari hakikat sesungguhnya. Sungguh, penghormatan manusia atas posisi apapun yang dijabat oleh si mayat/mayit, tumpukan karangan bunga di atas gundukan tanah kubur, tidak ada kaitannya dengan apa yang akan dihadapinya setelah itu.
Tatkala manusia telah selesai menguruk tanah, kemudian satu persatu meninggalkan kuburan itu, maka hanya bekal amal yang akan menemani menghadapi hari-hari penantian yang teramat lama. Duka dan penyesalan adalah nyanyian harian tak terputus bagi yang salah mengemas bekal. Adapun hamba ynag tidak keliru memandang kehidupan, tidak salah mengepak bekal, hari-harinya adalah pengharapan yangg menyenangkan. 

Apalagi kiriman do’a dan permohonan ampun ketururnan tercinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala untuknya dan amal jariyah tidak terputus mengalir meski hidup telah berakhir, berganti babak.
Tebal dan halusnya kain kafan tidak sama sekali tidak membantu menghdapi hari-hari panjang penantian di alam barzakh hingga datangnya hari kebangkitan. Semua tergantung dari tanaman-tanaman kebajikan atau keburukan semasa hidup yang mungkin dan memang tidak akan pernah terulang kembali. Oleh sebab itu, selagi masih ada waktu, jangan buang peluang untuk segera sadar, kemudian bertaubat, mencucinya dengan tangisan penyesalan dan menutupinya dengan kebajikan, karena amal tergantung dengan penutupnya. Husnul Khatimah atau Suul Khaitmah.
Berbahagialah hamba yang mengenali Rabbnya dengan ma’rifah dengan benar, mengenal Nabi-Nya serta meneladaninya sekuat kemampuan, mengetahui tuntutan hidupnya serta bersungguh-sungguh mewujudkannya dalam kehidupan. Hamba yang seperti itu sejatinya tengah memintal kafan ma’nawi-nya, helai demi helai, sehingga menjadi kafan pembungkus yang sempurna, yang akan mewadahi ruhnya terbang membubung menghadap Rabbnya diantarkan barisan malaikat yang mulia. Betapa bahagia menjadi salah satu dari mereka......
Allohummaj’alna Minhum Birahamtika.

0 komentar:

Posting Komentar