Senin, 16 September 2013

Bismillaah.
Senin Yang Indah
Pagi itu, 16 september 2013 terangkai sebuah cerita yang sangat menyenangkan dan indah bagi seorang mahasiswi PPL yang senang disapa ‘Aisyah (nama hijrah). Yah, meskipun terlambat ke school, ia tetap mengatakan “Senin Yang Indah”. Baginya, ketidakdisiplinan ini adalah sebuah pengalaman berharga di hari-hari berikutnya untuk datang ke sekolah menjalankan kewajibannya dengan on time. Ia terlambat karena dengan alasan klasik, pengennya mengatakan macet tapi sebenarnya ia terlambat karena ia lelet dan tidak mempersiapkan segala sesuatunya pada malam hari (yang besoknya dah mau ke school). Jadi intinya, udah lelet, macet akhirnya tambah telat deh.

Ketika tiba di sekitar sekolah, dengan perasaan yang sudah campur aduk (malu, nggak enak diliatin ma ibu/bapak guru, adek-adek di sekolah), ia melangkahkan kakinya menyusuri pelataran-pelataran sekolah seolah menyelip tanpa ketahuan, padahal ni ye, udah diliatin. Hehehehe…. Maka dengan segera ia menyimpan tas lalu berdiri di dekat ruang UKS.

Setelah upacara penaikan bendera usai, ia dengan segera mengambil tasnya kemudian menuju ruang istrahat khusus untuk mahasiswa PPL (Aula Sekolah). Tapppiii, pada saat ia menaiki anak tangga, ternyat dirinya salah langkah, tangga yang ia naiki bukan tangga Aula, melainkan tangga menuju ruang kelas. Salah lagi kan ??????? (Maklum, orang baru di sekolah itu…. Jadi wajarlah …). Ia kemudian berbalik arah dan ke Aula yang sebenarnya untuk istrahat sejenak.

Beberapa waktu kemudian, handphone-nya bordering. Pemberitahun dari ayah. Ayah minta ditelepon. ‘Aisyah kemudian menelponnya. “Saya di kantor camat sekarang” kata ayah. Ia bercerita tentang pertemuan antara dirinya dan seorang temannya yang sedang bekerja di sana. Ia mengatakan bahwa tiba-tiba temannya itu bertanya, “Anaknya sudah selesai?”, “Belum, insyaAllah nanti bulan 9 (2014) barulah ia selesai” jawab Ayah ‘Aisyah. “Berarti saya masih bekerja di sini. Saya akan mencoba membantu bapak mencari tempat kerja untuk anak bapak. Saya sangat ingin membantu bapak. Saya merasa tidak nyaman jika itu belum terwujud” kata teman ayah ‘Aisyah. Aisyah kemudian bertanya “Dia siapanya ayah?” “Dia bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang teman dan saya tidak tahu, perbuatan apa yang telah saya lakukan untuknya hingga ia ingat saya. Saya tidak menyangka jika ia menanyakan itu pada saya. Kamu belajar yang giat nak ya” Katanya sebelum pembicaraan keduanya tertutup. Waktu itu, ‘Aisyah tidak banyak bicara. Sempat matanya berkaca-kaca mendengar pesan sang ayah.  Baginya itu adalah motivasi baru dari orang tua. Ia membawa berita yang sangat menggembirakan bagi seorang anak. Menyampaikan pesan yang sarat makna. Itulah mengapa “Senin menjadi hari yang indah”.

(NB: Ini adalah sebuah cerita yang diangkat dari kisah nyata. Namun meskipun demikian, untuk sedikit memperindah bacaan, maka penulis memoles kata-kata sebaik mungkin dengan menyajikan kata-kata yang sederhana. Mohon maaf sebesar-besarnya, tidak ada maksud ingin berkata yang tidak-tidak. Tolong diampunkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. J J J




1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hehehe ....
Belajar yg giat aja ...

Posting Komentar